
Bunda, tidak terasa kita sudah mendekati akhir tahun Hijriah. Sebentar lagi, Tahun Baru Islam 1447 H akan tiba. Momen ini menjadi waktu yang tepat untuk kembali bermuhasabah dan memperbaiki diri agar dapat menjalani hari-hari ke depan dengan lebih dekat kepada Allah SWT.
Tahun Baru Islam dimulai dengan bulan Muharram. Di balik 1 Muharam, tersimpan sejarah besar yang menjadi titik awal perjuangan umat Islam. Tidak heran jika bulan ini memiliki banyak keutamaan dan dianjurkan untuk diisi dengan amalan yang baik.
Nah, agar lebih memahami makna di balik Tahun Baru Islam, yuk kita bahas bersama sejarah, amalan, serta keutamaannya. Simak selengkapnya, ya, Bunda!
Kapan tahun baru Islam 2025?
Tahun Baru Islam 2025 jatuh pada hari Jumat, 27 Juni 2025. Hal ini berdasarkan Kalender Hijriah Indonesia 2025 yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam, Kementerian Agama (Kemenag) RI. Pada tanggal tersebut, umat Islam akan memasuki 1 Muharam 1447 H, yang menandai awal tahun baru dalam kalender Islam.
Sejarah tahun baru Islam
Tahukah Bunda kalau sistem penanggalan Hijriah yang kita gunakan saat ini ternyata belum ada pada masa Rasulullah SAW? Kalender Islam baru disusun secara resmi beberapa tahun setelah beliau wafat, tepatnya pada masa pemerintahan Khalifah Umar bin Khattab RA, sekitar tahun ke-17 Hijriah.
Mengutip dari buku Mengenal Hari-Hari Besar Islam karya Marfu’ah, gagasan pembentukan kalender ini berawal dari laporan Abu Musa Al-Asy’ari, Gubernur Basrah saat itu. Ia menyampaikan kebingungan karena dokumen dan surat resmi umat Islam belum mencantumkan penulisan tahun, sehingga menyulitkan dalam pencatatan arsip.
Menyikapi hal tersebut, Umar bin Khattab membentuk tim musyawarah yang terdiri dari sahabat-sahabat utama, seperti Ali bin Abi Thalib, Utsman bin Affan, dan lainnya, untuk merumuskan sistem kalender Islam.
Beberapa peristiwa penting sempat dipertimbangkan sebagai awal tahun, seperti kelahiran Nabi, turunnya wahyu pertama, hingga wafatnya Rasulullah SAW. Namun, mereka sepakat memilih peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW ke Madinah sebagai titik awal kalender Islam karena menjadi titik awal peradaban Islam.
Walau hijrah terjadi di bulan Rabiul Awal, bulan Muharam akhirnya dipilih sebagai bulan pertama dalam kalender Hijriah, karena niat untuk berhijrah dimulai pada bulan tersebut, tak lama setelah Baiat Aqabah. Sejak saat itu, 1 Muharam diperingati sebagai awal Tahun Baru Islam.
Makna tahun baru Hijriah
Tahun Baru Hijriah bukan sekadar pergantian angka dalam kalender Islam, Bunda. Lebih dari itu, momen ini mengandung makna spiritual yang mendalam bagi umat Muslim.
Tahun baru Islam mengingatkan kita pada peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW dari Makkah ke Madinah. Sebuah perjalanan penuh tantangan yang menjadi titik awal terbentuknya masyarakat Islam yang kokoh dan beradab.
Hijrah tidak hanya dimaknai sebagai perpindahan tempat secara fisik, tetapi juga simbol perubahan menuju kehidupan yang lebih baik dan lebih dekat kepada Allah SWT. Maka, memasuki 1 Muharam menjadi momen yang tepat untuk bermuhasabah, memperbarui niat, dan meninggalkan segala hal yang menghambat pertumbuhan iman dan amal.
Sebagaimana Allah SWT berfirman dalam Surah At-Taubah ayat 36:
اِنَّ عِدَّةَ الشُّهُوْرِ عِنْدَ اللّٰهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِيْ كِتٰبِ اللّٰهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضَ مِنْهَآ اَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ۗذٰلِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمُ ەۙ فَلَا تَظْلِمُوْا فِيْهِنَّ اَنْفُسَكُمْ وَقَاتِلُوا الْمُشْرِكِيْنَ كَاۤفَّةً كَمَا يُقَاتِلُوْنَكُمْ كَاۤفَّةً ۗوَاعْلَمُوْٓا اَنَّ اللّٰهَ مَعَ الْمُتَّقِيْنَ
Artinya: “Sesungguhnya bilangan bulan di sisi Allah ialah dua belas bulan) (sebagaimana) ketetapan Allah (di Lauhulmahfuz) pada waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya ada empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menzalimi dirimu padanya (empat bulan itu), dan perangilah orang-orang musyrik semuanya sebagaimana mereka pun memerangi kamu semuanya. Ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang bertakwa.”
Dalam ayat ini disebutkan bahwa ada empat bulan yang dimuliakan, yaitu Dzulkaidah, Dzulhijjah, Muharam, dan Rajab. Keempat bulan ini memiliki keistimewaan karena ditetapkan sebagai waktu-waktu penuh kemuliaan oleh Allah SWT.
Melalui tahun baru Hijriah, umat Islam diajak untuk tidak hanya menandai waktu, tetapi juga mengisinya dengan makna, seperti menjadi pribadi yang lebih taat, lebih bersyukur, dan lebih peduli terhadap sesama. Inilah saat yang tepat untuk memulai lembaran baru, tidak hanya sekadar ucapan, tapi juga dalam hati dan tindakan.
12 Amalan bulan Muharram sambut tahun baru Islam 1447 Hijriah
Di bulan Muharram, terdapat banyak keutamaan dan anjuran untuk memperbanyak amal serta ibadah kepada Allah SWT. Melansir dari detikcom, berikut beberapa amalan yang perlu dilakukan oleh umat Islam dalam menyambut tahun baru Islam 1447 H.
1. Salat
Salah merupakan tiang agama, Bunda. Nah, di bulan Muharram, umat Islam kembali diingatkan untuk lebih memperhatikan salat wajib lima waktu dan melengkapinya dengan salat suna seperti qobliyah dan ba’diyah. Momentum ini tentu bisa menjadi titik balik untuk memperbaiki kualitas ibadah, ya.
2. Puasa
Amalan selanjutnya di Tahun Baru Islam adalah berpuasa sunah di akhir Dzulhijjah dan awal Muharam. Salah satunya adalah Puasa Asyura yang jatuh pada 10 Muharam, sebagaimana disebutkan dalam hadis Rasulullah SAW:
عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ بْنِ أَبِي يَزِيدَ سَمِعَ ابْنَ عَبَّاسٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا وَسُئِلَ عَنْ صِيَامٍ يَوْمٍ عَاشُورَاءَ فَقَالَ مَا عَلِمْتُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صَامَ يَوْمًا يَطْلُبُ فَضْلَهُ عَلَى الْأَيَّامِ إِلَّا هَذَا الْيَوْمَ وَلَا شَهْرًا إِلَّا هَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي رَمَضَانَ
Artinya: Dari Ubaidillah bin Abu Yazid, bahwa dia pernah mendengar Ibnu Abbas ditanya tentang puasa pada hari Asyura? lalu dia menjawab, “Aku tidak pernah tahu kalau Rasulullah SAW berpuasa suatu hari untuk mencari keutamaannya yang melebihi hari-hari lain kecuali pada hari ini, tidak pula beliau berpuasa dalam sebulan kecuali pada bulan ini, yakni bulan Ramadan.” (HR Muslim)
3. Silaturahmi
Bulan Muharam menjadi waktu yang tepat untuk mempererat tali silaturahmi, Bunda. Islam sangat menekankan pentingnya menjaga hubungan baik dengan sesama, bahkan Allah SWT menjanjikan balasan berupa keberkahan dunia dan akhirat bagi siapa pun yang menjaga silaturahmi.
Rasulullah SAW pun menekankan pentingnya menjaga hubungan antar sesama sebagai bagian dari iman:
مَنْ أَحَبَّ أَنْ يُبْسَطَ عَلَيْهِ فِي رِزْقِهِ وَأَنْ يُنْسَأَ لَهُ فِي أَثَرِهِ فَلْيَصِلْ رَحِمَهُ
“Siapa yang ingin dilapangkan rezekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya ia menyambung silaturahminya (dengan kerabat).” (HR. Bukhari no. 5985 dan Al-Baihaqi dalam Syu’abul Iman no. 7571).
4. Sedekah
Sedekah, sekecil apa pun, akan bernilai besar di sisi Allah SWT, terlebih jika dilakukan di bulan Muharram. Rasulullah SAW bersabda bahwa besar pahala bersedekah di hari Asyura seperti bersedekah selama satu tahun:
“Barangsiapa berpuasa di hari Asyura, maka seakan-akan berpuasa selama setahun, dan barangsiapa bersedekah di hari ini, maka seakan-akan bersedekah selama satu tahun.” (HR. Abdullah bin Amru bin Al-Ash)
5. Mandi
Menyambut tahun baru Islam tidak hanya dengan mempersiapkan hati dan batin, tetapi juga menjaga kebersihan fisik. Salah satu amalan yang bisa dilakukan menjelang masuknya bulan Muharam adalah mandi sebagai bentuk penyucian diri. Umat Islam dianjurkan untuk melaksanakan mandi sunah, seperti mandi taubat, sebagai simbol membersihkan diri dari dosa-dosa yang lalu dan memulai lembaran baru dengan tubuh dan jiwa yang bersih.
6. Mengenakan celak mata
Memakai celak mata termasuk salah satu sunah Rasulullah SAW. Baik laki-laki maupun perempuan dianjurkan untuk mengenakan celak sebagai bagian dari menjaga kesehatan mata sekaligus meneladani kebiasaan Nabi.
Dalam sebuah hadis sahih disebutkan bahwa Rasulullah SAW biasa mengoleskan celak sebanyak tiga kali pada setiap matanya:
كان يكتحل -عليه الصلاة والسلام- في كل عين ثلاثة أميال
“Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam biasa memakai celak 3 kali pada setiap matanya”. Maka memakai celak termasuk sunnah, lebih baik lagi jika memakai itsmid.”
7. Ziarah kepada ulama
Di bulan Muharam, amalan selanjutnya yang bisa dilakukan adalah berziarah ke makam para ulama atau tokoh agama yang telah wafat. Ziarah ini merupakan bentuk penghormatan atas jasa-jasa mereka dalam menyebarkan ilmu dan kebaikan. Perlu diingat, ya Bunda, ziarah dilakukan sebagai bentuk doa dan refleksi, bukan untuk meminta sesuatu secara langsung sebagaimana yang tidak dibenarkan dalam ajaran Islam.
8. Menjenguk orang sakit
Salah satu amalan yang dianjurkan di bulan Muharam adalah menjenguk orang sakit. Selain sebagai wujud kepedulian dan empati, kehadiran kita bisa memberikan semangat dan meringankan beban yang mereka rasakan. Meski tampak sederhana, amalan ini bernilai pahala dan turut mempererat tali silaturahmi.
9. Menambah nafkah keluarga
Dalam salah satu hadis dijelaskan bahwa siapa yang mencukupi kebutuhan keluarganya dengan ikhlas, maka Allah SWT akan melapangkan rezekinya selama setahun penuh.
Memberi kelapangan kepada keluarga tidak hanya soal memenuhi kebutuhan pokok, tetapi juga mencakup hal-hal lain yang membuat mereka merasa nyaman dan bahagia. Karena itu, menambah nafkah untuk keluarga, meskipun hanya sedikit lebih banyak, tidak akan mengurangi rezeki, justru menjadi jalan datangnya keberkahan.
10. Memotong kuku
Memotong kuku adalah salah satu ajaran dalam Islam yang bertujuan menjaga kebersihan dan kesucian, baik secara fisik maupun batin. Tindakan ini termasuk bagian dari fitrah atau naluri alami yang dianjurkan dalam agama. Siapa pun yang sengaja mengabaikan kebiasaan ini dianggap telah meninggalkan salah satu sunnah fitrah yang penting dalam kehidupan seorang Muslim.
11. Mengusap kepala anak yatim
Salah satu sebutan untuk bulan Muharam adalah bulan istimewa bagi anak yatim. Khusus pada 10 Muharam, umat Islam sering mengadakan kegiatan berbagi untuk membahagiakan mereka, seperti memberikan santunan dan mengusap kepala anak yatim sebagai bentuk kasih sayang. Amalan ini dijelaskan dalam hadis riwayat Musnad Ahmad berikut:
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ مَسَحَ رَأْسَ يَتِيمٍ لَمْ يَمْسَحْهُ إِلَّا لِلَّهِ كَانَ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ مَرَّتْ عَلَيْهَا يَدُهُ حَسَنَاتٌ وَمَنْ أَحْسَنَ إِلَى يَتِيمَةٍ أَوْ يَتِيمٍ عِنْدَهُ كُنْتُ أَنَا وَهُوَ فِي الْجَنَّةِ كَهَاتَيْنِ وَفَرَّقَ بَيْنَ أُصْبُعَيْهِ السَّبَّابَةِ وَالْوُسْطَى
Artinya: “Diriwayatkan dari Umamah, sesungguhnya Nabi bersabda, Barangsiapa mengusap kepala anak yatim semata-mata karena Allah, maka setiap rambut yang ia usap memperoleh satu kebaikan. Barangsiapa berbuat baik kepada anak yatim di sekitarnya, maka ia denganku ketika di surga seperti dua jari ini. Nabi menunjukkan dua jarinya, jari telunjuk dan jari tengahnya,”
12. Membaca surat Al-Ikhlas 1000 kali
Rasulullah SAW pernah menjelaskan bahwa membaca Surah Al-Ikhlas memiliki keutamaan yang sangat besar. Beliau menyebut bahwa kandungan Surah Al-Ikhlas setara dengan sepertiga isi Al-Qur’an:
وَالَّذِي نَفْسِي بِيَدِهِ إِنَّها لَتَعْدِلُ ثُلُثَ الْقُرْآنِ
“Demi (Allah) yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya surah al-Ikhlas sebanding (dengan) sepertiga al-Qur’an.” (HS. Abu Sa’id al-Khudri)
Di bulan Muharam, umat Islam dianjurkan untuk memperbanyak bacaan Surah Al-Ikhlas, bahkan sebagian ulama menganjurkan untuk membacanya hingga 1000 kali, Bunda.
Informasi libur tahun baru Islam 2025 menurut SKB 3 Menteri
Pemerintah Indonesia menetapkan 1 Muharam 1447 Hijriah atau tahun baru Islam 2025 sebagai hari libur nasional. Penetapan ini tertuang dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) 3 Menteri, yaitu Menteri Agama, Menteri Ketenagakerjaan, serta Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, melalui SKB Nomor 1017/2024, 2/2024, dan 2/2024 tentang Hari Libur Nasional dan Cuti Bersama Tahun 2025.
Meski menjadi hari libur nasional, SKB 3 Menteri tidak menetapkan adanya cuti bersama dalam rangka Tahun Baru Hijriah. Artinya, Bunda hanya akan mendapat satu hari libur, tepat pada 1 Muharam 1447 H.
Kalender bulan Muharram 1447 H/2025 M
Dilansir dari detikcom, berikut adalah kalender bulan Muharam tahun 1447 Hijriah atau 2025 Masehi, Bunda.
- Jumat, 27 Juni 2025: 1 Muharam 1447 Hijriah
- Sabtu, 28 Juni 2025: 2 Muharam 1447 Hijriah
- Minggu, 29 Juni 2025: 3 Muharam 1447 Hijriah
- Senin, 30 Juni 2025: 4 Muharam 1447 Hijriah
Juli 2025 - Selasa, 1 Juli 2025: 5 Muharam 1447 Hijriah
- Rabu, 2 Juli 2025: 6 Muharam 1447 Hijriah
- Kamis, 3 Juli 2025: 7 Muharam 1447 Hijriah
- Jumat, 4 Juli 2025: 8 Muharam 1447 Hijriah
- Sabtu, 5 Juli 2025: 9 Muharam 1447 Hijriah
- Minggu, 6 Juli 2025: 10 Muharam 1447 Hijriah
- Senin, 7 Juli 2025: 11 Muharam 1447 Hijriah
- Selasa, 8 Juli 2025: 12 Muharam 1447 Hijriah
- Rabu, 9 Juli 2025: 13 Muharam 1447 Hijriah
- Kamis, 10 Juli 2025: 14 Muharam 1447 Hijriah
- Jumat, 11 Juli 2025: 15 Muharam 1447 Hijriah
- Sabtu, 12 Juli 2025: 16 Muharam 1447 Hijriah
- Minggu, 13 Juli 2025: 17 Muharam 1447 Hijriah
- Senin, 14 Juli 2025: 18 Muharam 1447 Hijriah
- Selasa, 15 Juli 2025: 19 Muharam 1447 Hijriah
- Rabu, 16 Juli 2025: 20 Muharam 1447 Hijriah
- Kamis, 17 Juli 2025: 21 Muharam 1447 Hijriah
- Jumat, 18 Juli 2025: 22 Muharam 1447 Hijriah
- Sabtu, 19 Juli 2025: 23 Muharam 1447 Hijriah
- Minggu, 20 Juli 2025: 24 Muharam 1447 Hijriah
- Senin, 21 Juli 2025: 25 Muharam 1447 Hijriah
- Selasa, 22 Juli 2025: 26 Muharam 1447 Hijriah
- Rabu, 23 Juli 2025: 27 Muharam 1447 Hijriah
- Kamis, 24 Juli 2025: 28 Muharam 1447 Hijriah
- Jumat, 25 Juli 2025: 29 Muharam 1447 Hijriah
Demikian informasi seputar tahun baru Islam 2025, mulai dari sejarah, makna, hingga amalan yang bisa dilakukan untuk menyambut 1 Muharram 1447 H.
Bagi Bunda yang mau sharing soal parenting dan bisa dapat banyak giveaway, yuk join komunitas HaiBunda Squad. Daftar klik di SINI. Gratis!
(som/som)